Minggu, 06 Januari 2019

Bangga Menjadi Narablog pada Era Digital


“Bangga Menjadi Narablog pada Era Digital”

Dokumen pribadi


        Hari ini tepat minggu, 6 Januari 2016 disebuah kamar  yang sangat saya cintai dan didampingi dengan semilir angin dari kipas angin. Serta tidak lupa bunyi gemericik hujan bersahutan di luar.


      Berbicara hal apa yang membanggakan mengenai menjadi seorang narablog serta mengapa saya memiliki sebuah blog adalah sesuatu yang punya eksistensinya masing-masing. Sebelum kita berkenalan lebih jauh tentang adanya eksistensi kebanggaan dengan alasan saya membuat blog. Ada baiknya kita turun ke hal yang paling mendasar, mengapa dan kapan saya mulai mengenal dunia blog.


        Blog pada awalnya yang saya ketahui adalah daftar runtut ketika saya menjentikkan jari saya pada suatu mesin pencari yang bernama Google. Saya berpikir bagaimana daftar-daftar tersebut bisa muncul pada sebuah mesin pencari seluarbiasa Google. Ketika itu saya sangat ingat momen ketika saya mengutak-atik Google guna mencari tahu apa itu blog. Di tengah suasana liburan semester, saya terlalu bingung untuk membunuh waktu. Tongkrongan saya saat itu selalu berputar itu-itu saja selama 3 minggu, rumah dan Wifi.Id. Saya yang saat itu sudah menginjak kelas tiga SMA, sudah terlalu pusing dengan apa yang harus saya lakukan ketika sudah lulus SMA. Dan entah dapat wejangan dari siapa, hati saya tertuju ke sebuah nama yang sebelumnya saya belum pernah tahu, blog. Tidak butuh waktu lama, saya mencari-cari informasi apa itu blog dan segala tetek bengeknya. Dan pada akhirnya berujung terciptanya sebuah blog pribadi saya saat ini. Awalnya blog ini bernama farid27m.blogspot.com namun karena saya kurang sreg pada akhirnya nama blog inilah yang menjadi nama final blog pribadi saya. Walaupun terbilang blog gratisan, blog inilah yang sempat menjadi saksi betapa saya pernah sangat berapi-api menulis blog hingga pada akhirnya berujung pada titik jenuh sebagai seorang narablog. Saya sempat jenuh dengan apa yang saya lakukan dengan blog ini dan saya mulai tumbuh menjadi seseorang yang realistis.


         Lulus SMA saya lanjut berkuliah  disalah satu Universitas ternama di Kalimantan Selatan. Blog saya pun sempat vakum cukup lama. Sebelumnya ada alasan tertentu yang membuat saya mengatakan pernah sangat berapi-api dalam mengisi blog hingga sampai ke fase jenuh. Saat pertama kali saya menulis blog, yang ada di dalam otak saya pada awalnya hanya bagaimana tulisan saya di blog ini bisa dibaca semua orang. Tidak hanya di Indonesia namun juga dunia. Semakin lama dan semakin sering saya mengisi blog saya, akhirnya sadar ada sesuatu yang menurut saya saat itu adalah hal yang harus dicapai, penghasilan. Orientasi saya berubah dari yang awalnya sederhana menjadi mulai bertingkah. Saya sempat mendaftarkan blog saya ke Adsense Google dan tentu saja bisa ditebak, gagal. Saya pun sempat berpikir untuk mengubah domain yang awalnya ada embel-embel  blogspot menjadi sesuatu yang lebih profesional macam .com. Namun lagi-lagi saya terlalu pemalas dan entah kenapa hati saya sudah terlalu berat untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh untuk blog saya ini.


        Waktu terus berjalan dari hari ke hari, hingga sampailah pada hari yang menurut saya adalah pencapaian terbaik dari blog ini. Sebuah blog amatiran yang dikeloala oleh seorang yang bisa dibilang pemalas dalam mengisi konten blog yang ia miliki. Tentunya pencapaian terbaik yang kalian baca bukan sehebat yang kalian bayangkan. Namun bagi saya ini adalah pencapaian terbaik blog pribadi saya.


        Dokumen pribadi

       Hal ini mungkin bisa disebut sebagai momen spesial, begitulah saya menyebutnya. Tepatnya pada tanggal 9 Februari 2018 saya tentunya iseng menulis sebuah review buku. Dan perlu kalian ketahui, ini adalah momen special yang membuat saya merubah orientasi saya yang awalnya uang menjadi sesuatu yang berbeda hingga sekarang.  Singkatnya saya mereview buku seorang Raditya Dika yang kebetulan baru saja merilis buku terbarunya yang berjudul Ubur-ubur Lembur. Niatan saya yang awalnya iseng untuk menulis review buku tersebut. Akhirnya berujung menjadi kebanggaan tersendiri. Lima hari setelah saya mempublish review buku Ubur-ubur Lembur  karya Raditya Dika. Saya dibuat terperangah karena ada info bahwa artikel saya di share oleh seorang Raditya Dika. Saya pun sempat tidak percaya mengenai kabar tersebut. Dan akhirnya saya pun cek akun Instagram seorang Raditya Dika dan benar saja. Pada postingan Instastory Raditya Dika ada tertera nama blog saya dan isi review buku Ubur-ubur Lembur yang saya tulis. Hati saya bersorak, seorang Raditya Dika rela membagikan tulisan saya di akun Instagramnya. Saya berseloroh dalam hati, jadi ini yang disebut menjadi seorang Blogger.


       Viewers blog saya lantas membludak setelah artikel saya singgah di akun Instagram seorang komika dan penulis terkenal Raditya Dika.


         Dari situ saya belajar dan paham bahwa menjadi narablog atau juga sering disebut blogger tidak melulu soal uang. Ada sesuatu yang berbeda di dalamnya dan bagi saya sesuatu yang berbeda itu adalah kepuasan. Puas dalam arti artikel saya dibaca oleh penulis favorit saya. Dan sekarang, blog ini adalah suatu wadah yang berbeda dari tujuan awal saya membuatnya. Dari yang awalnya sederhana, hanya untuk dibaca. Lantas berubah egois dengan orientasi uang,uang dan uang. Lalu kembali ke fitrahnya, sebuah kepuasan. Dua eksistensi yang saya sebutkan memiliki perbedaan di awal paragraf antara mengapa saya memliki blog ini dengan sebuah kebanggan adalah benang merah yang berpores membentuk saya hingga saat ini.


Dan jawabannya adalah, kebanggan saya ketika menjadi seorang narablog adalah suatu ketidaksengajaan semesta yang memerintahkan hati saya untuk membuat blog ini.


       Saya pun sadar bahwa saya masih tidak pantas disebut seorang blogger atau narablog. Jujur ditahun 2018 saya sangat jarang menyentuh blog saya karena sibuk dengan berbagai aktifitas kampus. Namun di tahun 2019 ini, saya bertekad setidaknya mengisi blog saya setiap satu bulan sekali. Bagi saya menulis adalah sesuatu yang menyenangkan. Saya berpikiran bahwa tidak mengapa blog ini tidak menghasilkan. Namun blog ini adalah sejarah yang bisa saya ceritakan terhadap teman-teman, pacar, istri bahkan cucu saya bahwa saya pernah disanjung seorang artis ternama. Sederhana memang, namun percayalah kesederhanaan tersebut tidak dimiliki semua orang.


       Jika ditanya, apakah saya bangga menjadi narablog. Saya akan jawab, saya bangga dengan prosesnya dan sebuah embel-embel narablog ataupun blogger adalah hadiah dari kebanggaan tersebut.