Minggu, 30 September 2018

Netizen dan Kebebasan Bajak Laut Di dunia One Piece

Netizen dan Kebebasan Bajak Laut Di dunia One Piece


Hari ini sambil ditemani secangkir kopi dan biskuit. Aku membuka laptop kesayanganku, menjamahnya dan menggerogoti isinya. Dan akhirnya mataku tertuju pada tumpukan folder dengan judul One Piece. Sebuah serial manga jepang favoritku sejak zaman SD dan hingga sekarang aku masih menggilainya. Tidak ambil pusing, aku lantas melahap video serial one piece tersebut dari satu episode ke episode lainnya. 

Namun entah kenapa seruputan kopi yangke dua puluh tujuh saat itu membuat otakku berkontraksi. Bukan ingin mengeluarkan keterunan namun risih ketika mendengar kalimat yang diucapkan sang kapten bajak laut topi jerami.

Begini kalimat yang sangat lantang diucapkan luffy saat aku menonton video tersebut:

“Aku ingin bebas, aku ingin menjadi raja bajak laut!”
Bacotan Luffy tersebut memang sering diucapkannya dalam bermacam-macam kesempatan. Mulai dari saat sakaratul maut hingga momen-momen bahagia saat berhasil mengalahkan para bajak laut kelas kakap. Aku lalu membayangkan betapa bersalahnya seorang Luffy beserta kelompok topi jeraminya mengajarkan kebebasan dengan begitu lantang dan entengnya kepada dunia.

Bajak laut topi jerami jelas sangat bersalah menyebarkan ujaran kebebasan tanpa tedeng aling-aling. Mereka tidak sadar yang menyaksikan mereka banyak manusia kemarin sore yang baru mengecap udara selama sepuluh tahun bahkan kurang. Namun aku yakin bagi jenis manusia seperti itu mungkin aku rasa kalimat kebebasan hanya sekadar kalimat yang dijadikan slogan saat sedang bermain game playstation dan bermain kejar-kejaran dengan teman sepantarannya.

Yang aku takutkan adalah manusia dengan jenis berbeda yang entah kenapa aku selalu penasaran dengan isi otak manusia jenis ini. Dan jika aku berkawan dekat dengan seorang Roronoa Zoro yang di dunia One Piece menjadi andalan sang kapten untuk menebas musuh-musuhnya. Aku sangat ingin melihat bagaimana seorang Roronoa Zoro menguliti isi pikiran jenis manusia satu ini.

Aku lalu mencoba menghentikan video One Piece yang kutonton tepat dimenit ke 27:00. Aku masih terngiang kalimat kebebasan yang Luffy katakan di video yang kutonton. Sebelumnya aku memang cukup gerah dengan kalimat kebebasan, percayalah. Dan juga sebelumnya pun aku terlalu bodoh menafsirkan arti dari sebuah kebebasan yang baik. Kuseruput kopi pada seruputan yang ke dua puluh delapan. Jam tepat menunjukkan jam 21:00 WITA. Kubuka akun Instagramku dan mencoba mencari kaitan kebebasan yang disebarkan Luffy terhadap dunia dengan kebebasan yang saat ini kugenggam.

Aku merasa bebas sekali, tanpa harus menjadi bajak laut. Mungkin orang sering menyebutku netizen. Walaupun itu sebutan umum, aku tidak terlalu peduli sebutan itu. Lalu dengan sebuah akun instagram yang nyatanya aku memiliki bermacam nama mulai dari yang bernama hewan hingga nama dengan slogan tagar-tagaran yang cukup menarik bagiku. Kubuka akun banyak orang, mulai dari yang terkenal hingga yang bodo amat. Seruputan kopi yang ke dua puluh sembilan kembali kuseruput. Hari ini aku ingin menjadi pemuncak dari sebuah siklus bernama komentar Instagram. 

Video One Piece yang kutonton masih menunjukkan menit 27:00. Akun yang kujejali kalimat liar nan mematikan adalah akun salah satu kepala negara dari negeri yang kudiami saat ini. Tidak lupa dengan akun bernama sebuah planet aku juga melancarkan hal yang sama dengan apa yang kulakukan terhadap kepala negara tadi. Kali ini targetku adalah lawan sang kepala negara ketika pemilihan sang penguasa tahun 7019 nanti. Aku tertawa gila, 2 menit aku menjadi pemuncak dunia!, hahahaa. Seruputan tiga puluh, dan pertanda bahwa kopiku sudah diambang batas. 1.000 like dengan berbagai balasan, aku berhasil. Video One Piece kembali kulanjutkan dimenit 27:00.

Entah dimenit keberapa aku terkesima dengan kalimat Kapten Kid, salah satu bajak laut supernova angkatan Luffy yang mengatakan kalimat berikut :

“Dunia Kriminal masih disebut Bermoral dari pada penguasa yang tamak. Apa kalian sadar saat sampah menguasai dunia,maka dunia akan melahirkan sampah.”
Bacot sekali Kapten Kid ini. Di tengah berbagai ketamakan dunia khayalan itu pun arti kebebasan yang didengungkan para bajak laut di dunia One Piece terlalu bermoral bagiku. Kapten Kid memang bodoh. 

Moralitas kebebasan yang aku sadari sudah kuterobos membuatku benar-benar mencap Kapten Kid adalah orang terbodoh. Dunia nyataku adalah bukti bahwa kebebasan tidak perlu dicapai dengan menjadi bajak laut, terlalu bodoh. Tawaku terus mengembang, dengan balutan hati yang senang. Melihat arti kebebasan sudah bermakna sembarang.