“Bangga Menjadi Narablog pada Era Digital”
Dokumen pribadi
Hari ini tepat minggu,
6 Januari 2016 disebuah kamar yang
sangat saya cintai dan didampingi dengan semilir angin dari kipas angin. Serta
tidak lupa bunyi gemericik hujan bersahutan di luar.
Berbicara hal
apa yang membanggakan mengenai menjadi seorang narablog serta mengapa saya memiliki
sebuah blog adalah sesuatu yang punya eksistensinya masing-masing. Sebelum kita
berkenalan lebih jauh tentang adanya eksistensi kebanggaan dengan alasan saya
membuat blog. Ada baiknya kita turun ke hal yang paling mendasar, mengapa dan
kapan saya mulai mengenal dunia blog.
Blog pada
awalnya yang saya ketahui adalah daftar runtut ketika saya menjentikkan jari
saya pada suatu mesin pencari yang bernama Google. Saya berpikir bagaimana
daftar-daftar tersebut bisa muncul pada sebuah mesin pencari seluarbiasa
Google. Ketika itu saya sangat ingat momen ketika saya mengutak-atik Google
guna mencari tahu apa itu blog. Di tengah suasana liburan semester, saya
terlalu bingung untuk membunuh waktu. Tongkrongan saya saat itu selalu berputar
itu-itu saja selama 3 minggu, rumah dan Wifi.Id. Saya yang saat itu sudah
menginjak kelas tiga SMA, sudah terlalu pusing dengan apa yang harus saya
lakukan ketika sudah lulus SMA. Dan entah dapat wejangan dari siapa, hati saya
tertuju ke sebuah nama yang sebelumnya saya belum pernah tahu, blog. Tidak
butuh waktu lama, saya mencari-cari informasi apa itu blog dan segala tetek
bengeknya. Dan pada akhirnya berujung terciptanya sebuah blog pribadi saya saat
ini. Awalnya blog ini bernama farid27m.blogspot.com namun karena saya kurang
sreg pada akhirnya nama blog inilah yang menjadi nama final blog pribadi saya.
Walaupun terbilang blog gratisan, blog inilah yang sempat menjadi saksi betapa
saya pernah sangat berapi-api menulis blog hingga pada akhirnya berujung pada
titik jenuh sebagai seorang narablog. Saya sempat jenuh dengan apa yang saya
lakukan dengan blog ini dan saya mulai tumbuh menjadi seseorang yang realistis.
Lulus SMA saya
lanjut berkuliah disalah satu
Universitas ternama di Kalimantan Selatan. Blog saya pun sempat vakum cukup
lama. Sebelumnya ada alasan tertentu yang membuat saya mengatakan pernah sangat
berapi-api dalam mengisi blog hingga sampai ke fase jenuh. Saat pertama kali
saya menulis blog, yang ada di dalam otak saya pada awalnya hanya bagaimana
tulisan saya di blog ini bisa dibaca semua orang. Tidak hanya di Indonesia
namun juga dunia. Semakin lama dan semakin sering saya mengisi blog saya, akhirnya
sadar ada sesuatu yang menurut saya saat itu adalah hal yang harus dicapai,
penghasilan. Orientasi saya berubah dari yang awalnya sederhana menjadi mulai
bertingkah. Saya sempat mendaftarkan blog saya ke Adsense Google dan tentu saja
bisa ditebak, gagal. Saya pun sempat berpikir untuk mengubah domain yang
awalnya ada embel-embel blogspot menjadi
sesuatu yang lebih profesional macam .com. Namun lagi-lagi saya terlalu pemalas
dan entah kenapa hati saya sudah terlalu berat untuk melakukan sesuatu yang
lebih jauh untuk blog saya ini.
Waktu terus
berjalan dari hari ke hari, hingga sampailah pada hari yang menurut saya adalah
pencapaian terbaik dari blog ini. Sebuah blog amatiran yang dikeloala oleh
seorang yang bisa dibilang pemalas dalam mengisi konten blog yang ia miliki.
Tentunya pencapaian terbaik yang kalian baca bukan sehebat yang kalian bayangkan.
Namun bagi saya ini adalah pencapaian terbaik blog pribadi saya.
Dokumen pribadi
Hal ini mungkin
bisa disebut sebagai momen spesial, begitulah saya menyebutnya. Tepatnya pada
tanggal 9 Februari 2018 saya tentunya iseng menulis sebuah review buku. Dan
perlu kalian ketahui, ini adalah momen special yang membuat saya merubah
orientasi saya yang awalnya uang menjadi sesuatu yang berbeda hingga
sekarang. Singkatnya saya mereview buku
seorang Raditya Dika yang kebetulan baru saja merilis buku terbarunya yang
berjudul Ubur-ubur Lembur. Niatan saya yang awalnya iseng untuk menulis review
buku tersebut. Akhirnya berujung menjadi kebanggaan tersendiri. Lima hari
setelah saya mempublish review buku Ubur-ubur Lembur karya Raditya Dika. Saya dibuat terperangah
karena ada info bahwa artikel saya di share oleh seorang Raditya Dika. Saya pun
sempat tidak percaya mengenai kabar tersebut. Dan akhirnya saya pun cek akun
Instagram seorang Raditya Dika dan benar saja. Pada postingan Instastory
Raditya Dika ada tertera nama blog saya dan isi review buku Ubur-ubur Lembur
yang saya tulis. Hati saya bersorak, seorang Raditya Dika rela membagikan tulisan
saya di akun Instagramnya. Saya berseloroh dalam hati, jadi ini yang disebut
menjadi seorang Blogger.
Viewers blog saya
lantas membludak setelah artikel saya singgah di akun Instagram seorang komika
dan penulis terkenal Raditya Dika.
Dari situ saya
belajar dan paham bahwa menjadi narablog atau juga sering disebut blogger tidak
melulu soal uang. Ada sesuatu yang berbeda di dalamnya dan bagi saya sesuatu
yang berbeda itu adalah kepuasan. Puas dalam arti artikel saya dibaca oleh
penulis favorit saya. Dan sekarang, blog ini adalah suatu wadah yang berbeda
dari tujuan awal saya membuatnya. Dari yang awalnya sederhana, hanya untuk
dibaca. Lantas berubah egois dengan orientasi uang,uang dan uang. Lalu kembali
ke fitrahnya, sebuah kepuasan. Dua eksistensi yang saya sebutkan memiliki
perbedaan di awal paragraf antara mengapa saya memliki blog ini dengan sebuah
kebanggan adalah benang merah yang berpores membentuk saya hingga saat ini.
Dan jawabannya adalah, kebanggan saya ketika menjadi seorang narablog adalah suatu ketidaksengajaan semesta yang memerintahkan hati saya untuk membuat blog ini.
Saya pun sadar
bahwa saya masih tidak pantas disebut seorang blogger atau narablog. Jujur ditahun
2018 saya sangat jarang menyentuh blog saya karena sibuk dengan berbagai
aktifitas kampus. Namun di tahun 2019 ini, saya bertekad setidaknya mengisi
blog saya setiap satu bulan sekali. Bagi saya menulis adalah sesuatu yang
menyenangkan. Saya berpikiran bahwa tidak mengapa blog ini tidak menghasilkan.
Namun blog ini adalah sejarah yang bisa saya ceritakan terhadap teman-teman,
pacar, istri bahkan cucu saya bahwa saya pernah disanjung seorang artis
ternama. Sederhana memang, namun percayalah kesederhanaan tersebut tidak
dimiliki semua orang.
Jika ditanya, apakah saya bangga menjadi narablog. Saya akan jawab, saya bangga dengan prosesnya dan sebuah embel-embel narablog ataupun blogger adalah hadiah dari kebanggaan tersebut.