Netizen dan Kebebasan Bajak
Laut Di dunia One Piece
Hari ini sambil ditemani secangkir kopi dan biskuit. Aku
membuka laptop kesayanganku, menjamahnya dan menggerogoti isinya. Dan akhirnya
mataku tertuju pada tumpukan folder dengan judul One Piece. Sebuah serial manga
jepang favoritku sejak zaman SD dan hingga sekarang aku masih menggilainya.
Tidak ambil pusing, aku lantas melahap video serial one piece tersebut dari
satu episode ke episode lainnya.
Namun entah kenapa seruputan kopi yangke dua
puluh tujuh saat itu membuat otakku berkontraksi. Bukan ingin mengeluarkan
keterunan namun risih ketika mendengar kalimat yang diucapkan sang kapten bajak
laut topi jerami.
Begini kalimat yang sangat lantang diucapkan luffy saat aku
menonton video tersebut:
“Aku ingin bebas, aku ingin menjadi raja bajak laut!”
Bacotan Luffy tersebut memang sering diucapkannya dalam
bermacam-macam kesempatan. Mulai dari saat sakaratul maut hingga momen-momen
bahagia saat berhasil mengalahkan para bajak laut kelas kakap. Aku lalu membayangkan
betapa bersalahnya seorang Luffy beserta kelompok topi jeraminya mengajarkan
kebebasan dengan begitu lantang dan entengnya kepada dunia.
Bajak laut topi jerami jelas sangat bersalah menyebarkan
ujaran kebebasan tanpa tedeng aling-aling. Mereka tidak sadar yang menyaksikan
mereka banyak manusia kemarin sore yang baru mengecap udara selama sepuluh
tahun bahkan kurang. Namun aku yakin bagi jenis manusia seperti itu mungkin aku
rasa kalimat kebebasan hanya sekadar kalimat yang dijadikan slogan saat sedang
bermain game playstation dan bermain kejar-kejaran dengan teman sepantarannya.
Yang aku takutkan adalah manusia dengan jenis berbeda yang
entah kenapa aku selalu penasaran dengan isi otak manusia jenis ini. Dan jika
aku berkawan dekat dengan seorang Roronoa Zoro yang di dunia One Piece menjadi
andalan sang kapten untuk menebas musuh-musuhnya. Aku sangat ingin melihat
bagaimana seorang Roronoa Zoro menguliti isi pikiran jenis manusia satu ini.
Aku lalu mencoba menghentikan video One Piece yang kutonton
tepat dimenit ke 27:00. Aku masih terngiang kalimat kebebasan yang Luffy katakan
di video yang kutonton. Sebelumnya aku memang cukup gerah dengan kalimat
kebebasan, percayalah. Dan juga sebelumnya pun aku terlalu bodoh menafsirkan
arti dari sebuah kebebasan yang baik. Kuseruput kopi pada seruputan yang ke dua
puluh delapan. Jam tepat menunjukkan jam 21:00 WITA. Kubuka akun Instagramku
dan mencoba mencari kaitan kebebasan yang disebarkan Luffy terhadap dunia
dengan kebebasan yang saat ini kugenggam.
Aku merasa bebas sekali, tanpa harus menjadi bajak laut.
Mungkin orang sering menyebutku netizen. Walaupun itu sebutan umum, aku tidak
terlalu peduli sebutan itu. Lalu dengan sebuah akun instagram yang nyatanya aku
memiliki bermacam nama mulai dari yang bernama hewan hingga nama dengan slogan
tagar-tagaran yang cukup menarik bagiku. Kubuka akun banyak orang, mulai dari
yang terkenal hingga yang bodo amat. Seruputan kopi yang ke dua puluh sembilan
kembali kuseruput. Hari ini aku ingin menjadi pemuncak dari sebuah siklus
bernama komentar Instagram.
Video One Piece yang kutonton masih menunjukkan
menit 27:00. Akun yang kujejali kalimat liar nan mematikan adalah akun salah
satu kepala negara dari negeri yang kudiami saat ini. Tidak lupa dengan akun
bernama sebuah planet aku juga melancarkan hal yang sama dengan apa yang
kulakukan terhadap kepala negara tadi. Kali ini targetku adalah lawan sang
kepala negara ketika pemilihan sang penguasa tahun 7019 nanti. Aku tertawa
gila, 2 menit aku menjadi pemuncak dunia!,
hahahaa. Seruputan tiga puluh, dan pertanda bahwa kopiku sudah diambang
batas. 1.000 like dengan berbagai balasan, aku berhasil. Video One Piece
kembali kulanjutkan dimenit 27:00.
Entah dimenit keberapa aku terkesima dengan kalimat Kapten
Kid, salah satu bajak laut supernova angkatan Luffy yang mengatakan kalimat
berikut :
“Dunia Kriminal masih disebut Bermoral dari pada penguasa yang tamak. Apa kalian sadar saat sampah menguasai dunia,maka dunia akan melahirkan sampah.”
Bacot sekali Kapten Kid ini. Di tengah berbagai ketamakan
dunia khayalan itu pun arti kebebasan yang didengungkan para bajak laut di
dunia One Piece terlalu bermoral bagiku. Kapten Kid memang bodoh.
Moralitas
kebebasan yang aku sadari sudah kuterobos membuatku benar-benar mencap Kapten
Kid adalah orang terbodoh. Dunia nyataku adalah bukti bahwa kebebasan tidak
perlu dicapai dengan menjadi bajak laut, terlalu bodoh. Tawaku terus
mengembang, dengan balutan hati yang senang. Melihat arti kebebasan sudah
bermakna sembarang.